Menelusuri potensi wisata di kawasan Timur Indonesia, dapat dipastikan tidak akan membuat para petualang yang suka melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya tidak akan menyesal.
Decak kagum atas sajian indahnya panorama alam yang dipadu dengan kebudayaan, justru akan membuat pengunjung seolah tak hentinya berdecak kagum. Seperti ketika menelusuri potensi wisata yang ada di Pulau Sumba.
Pulau Sumba, salah satu dari gugusan pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, berada pada busur luar kepulauan Nusa Tenggara, antara Pulau Sumbawa dan Pulau Timor.
Lebih tepatnya lagi, pulau yang merupakan salah satu wilayah kerajaan Majapahit pada abad ke XIV dan saat ini telah memiliki empat daerah otonom itu, terletak persis di barat daya provinsi NTT.
Tepatnya berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah barat daya Pulau Timor dan 1.125 km di sebelah barat laut Darwin Australia.
Pulau yang terkenal dengan pohon cendana pada abad ke-18 ini, telah memancing orang Belanda untuk datang dan mulai mendudukinya pada tahun 1906 itu. Selain karena Pulau Sumba memiliki sejumlah panorama dan potensi wisata, yaitu wisata bahari, wisata budaya serta wisata atraktif.
“Kami memiliki sejumlah pesona wisata di antaranya, pesona wisata bahari, wisata budaya serta wisata atraktif,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Antonius Umbu Zaza.
Ia mengatakan untuk wisata bahari, Kabupaten SBD yang baru mekar pada tahun 2007 silam dari Kabupaten Sumba Barat sebagai kabupaten induknya tersebut, memiliki sejumlah lokasi pantai yaitu, Pantai Mananga Aba, Pantai Wekuri di Kecamatan Kodi Utara yang cocok untuk selancar angin dan ski air.
Ada pantai Rate Garo di Kecamatan Kodi Bangedo, dengan hamparan pasir putih yang luas serta dihiasi sejumlah kuburan tua berbentuk menhir bak zaman megalitik, serta danau laut Mandorat di Kecamatan Kodi Utara.
Ia menjelaskan pantai Mananga Aba, menawarkan bentangan garis pantai sepanjang 10 km dengan hamparan pasir putih yang bersih serta jernihnya air laut.
Bukan hanya itu, pantai yang berada di bagian utara Kecamatan Loura, dengan menempuh 30 menit menggunakan kendaraan bermotor itu, juga menawarkan pesona indahnya kemilau jingga matahari yang hendak redup di kala senja.
Untuk wisata budaya, terdapat sejumlah perkampungan situs, dimana masyarakat yang mendiami kampung adat tersebut dipagari dengan tataan rapih bebatuan di atas puncak perbukitan berbentuk lingkaran.
Di dalam kampung budaya itu juga kata Umbu Zaza, dilengkapi dengan jajaran kemegahan batu kubur megalitik yang terkesan angker namun sakral, dan merupakan sumber keyakinan penganut merapu, yang meyakini bahwa rumah adat dan kubur batu merupakan simbol kehidupan dan kematian.
Dijelaskannya, merapu adalah suatu kepercayaan yang pada hakekatnya, manusia akan mengalami kematian sebagai akhir kehidupan dunia nyata dan beralih kepada dunia yang tidak nyata atau merapu atau dunia arwah.
“Dalam kehidupan tidak nyata inilah, manusia masih terus berhubungan dengan manusia yang hidup melalui ritual adat,” kata Umbu Zasa.
Khusus di wilayah Sumba Barat Daya, kata dia, tercatat 11 perkampungan situs, di antaranya, situs Wainyapu di Kecamatan Kodi Bangedo, dengan jarak sekitar 45 km arah barat Kota Tambolaka. (ant/ar/hms)
Sumber : matanews.com
Dapatkan info lain mengenai biro perjalanan wisata & paket wisata murah serta info lainnya di ster1.karir.com/.
0 komentar:
Posting Komentar