Untuk telepon seluler, di Indonesia memang segalanya ada. Mau ponsel murah bermodel navigasi trackball atau trackpad, seperti BlackBerry, ada. Mau ponsel yang bentuknya mirip betul dengan BlackBerry, iPhone, Nokia, dan ponsel bermerek lain juga ada.
Produk-produk itu laris manis. Malah, di benak pengguna ponsel di sini, merek-merek ponsel lokal mulai terpatri. Sebut saja Nexian, HT Mobile, Tiphone, K-touch, dan Venera.
Menariknya, sejumlah ponsel lokal itu mulai menggerus pasar ponsel bermerek. Ibaratnya, pemain-pemain lokal sedang meniti langkahnya menjadi jawara di tanah sendiri.
Kami mengutip data lembaga riset Gfk per April lalu, yang menyebutkan bahwa persentase pangsa pasar Nokia di Indonesia mulai berkurang. Catatannya, persentase ini melibatkan semua jenis ponsel, tradisional dan yang pintar.
Nokia masih bercokol di puncak dengan pangsa 45 persen. Disusul Samsung dengan 12 persen. Nah, ini dia yang menarik, Nexian menyodok di urutan ketiga dengan pangsa 7 persen. Ia berbagi tempat dengan Sony Ericsson dan HT Mobile.
Data yang lain dari Admob, per Februari 2009 Nokia masih memimpin dengan pangsa 63 persen, disusul Motorola dan Sony Ericsson. Nama vendor lokal sama sekali tak muncul di sana.
Tapi coba simak data dari lembaga yang sama pada Mei lalu. Pangsa Nokia menurun jadi 55 persen, disusul Sony Ericsson 20 persen. Di kisaran 3 persen, muncullah Nexian dan Samsung.
Djunadi Satrio dari Sony Ericsson Indonesia mengatakan, persaingan makin ketat dalam 18 bulan terakhir. Dia mengaku Sony Ericsson tak bisa berproduksi massal dan menjual ponsel yang murah meriah sebagaimana pemain lokal.
"Karena itu, kami akan kalah dengan vendor lain yang ongkos produksinya lebih rendah," ujarnya. Karena itu, kata Djunadi lebih lanjut, Sony Ericsson tak mau bertarung di pasar ponsel baru Rp 400-500 ribu.
Dia mengaku vendor ponsel lokal pintar memanfaatkan momentum dan peluang, ditambah teknologi dan kecepatan meniru sehingga sanggup membanjiri pasar. "Mereka lihai, jeli, dan tangkas," ujarnya.
Samsung Mobile memilih langkah sebaliknya. Meski ponsel lokal mulai menggerus pasar, "Kami tetap akan bertempur di pasar low-end karena porsinya cukup besar, sampai 40 persen," kata Fabiant Kayatmo, Product Marketing Senior Manager HHP Business Department PT Samsung Electronics Indonesia.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Telematika Mas Wigrantoro Roes Setiyadi berpendapat ponsel lokal yang diproduksi di Cina akan terus membanjiri Indonesia. Apalagi, menurut dia, selain murah, fitur ponsel semacam itu makin membaik dan distribusinya luas.
Mas Wig--demikian Wigrantoro akrab dipanggil--mengatakan ponsel bermerek memang masih akan terus eksis tapi porsinya makin mengecil. Pengguna masih membutuhkannya lantaran gaya, pandangan, kualitas, dan eksklusivitasnya. "Ibarat di dunia otomotif, mirip kelasnya Bentley, Jaguar, Porsche," katanya. DIAN YULIASTUTI
Untuk info terbaru mengenai ponsel baru & ponsel murah silahkan kunjungi http://ster1.karir.com
0 komentar:
Posting Komentar